Oxomedia– Sabang, di lokasi prajurit TNI AU bernama Abdul Rachman Ishaq ditugaskan, 61 tahun silam tangis anak laki-laki yang kelak jadi kebanggaan keluarga dan masyarakat itu pecah untuk kali pertama.
Edy Rahmayadi, tumbuh sebagai ‘Anak Kolong’ dan berkarir lebih 30 tahun sebagai prajurit TNI telah membentuk karakternya yang keras dan tegas. Namun ternyata di balik sosoknya yang keras itu, Edy dikenang orang-orang terdekatnya sebagai pribadi yang penyayang dan peduli.
Seperti yang diungkapkan Krisharyanto Purba, sahabat Edy Rahmayadi semasa bersekolah di SMAN 1 Medan.
“Banyak cerita yang tentunya menjadi pengalaman kita bersama. Ya kalau dulu kita ini memang suka berkelahi. Pantang kita dengar ada kawan yang dipukul, langsung kita datangi itu. Bahkan kita pernah salah pukul,” kata Yanto sembari tertawa.
Krisharyanto Purba mengenang Edy sebagai sosok yang peduli teman-temannya, kalau Edy mendengar ada temannya yang disakiti, ia pasti paling depan datang membela.
“Kalau ada istilah teman sejiwa, seperti itulah kami. Satu bahagia, yang satu ikut berbahagia. Satu tersakiti, maka yang satu lagi merasa tersakiti,”ungkap Yanto.
Tidak hanya pada sahabatnya, kepedulian dan kasih sayang Edy Rahmayadi juga dirasakan oleh anak buahnya.
“Sewaktu di Linud 100/PS, prajurit yang berprestasi akan ada reward atau penghargaan. Walaupun hanya pemberian cuti. Kalau cuti itu bagi prajurit sangatlah berharga. Karena dimanfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga,”beber Gunawan Nababan, Aspri Edy Rahmayadi.
Terkait pemberian cuti ini, lanjut Nababan biasanya ia mendapat fasilitas kenderaan berupa mobil untuk pulang kampung. Tentu saja fasilitas tersebut tetap memiliki embel-embel pesan dari Edy Rahmayadi untuk bisa membawa keluarga jalan-jalan.
“Kalau kita ajudan mau pulang kampung dikasih mobil. Pesan beliau bawa itu mobil biar bisa bawa keluarga jalan-jalan. Beliau benar-benar memikirkan kita. Memang sosok seorang Ayah itu sangat tercermin dari perbuatan beliau,” terang Nababan.
Kepedulian Edy Rahmayadi tersebut juga dikenang tanpa batasan Suku, Ras dan Agama.
“Saya sangat tidak setuju kalau ada anggapan diluar sana yang mengatakan kalau Ayah Edy ini Kadrun, intoleransi atau apalah istilahnya. Saya Nasrani, dan saya cukup merasakan kasih sayang dari Ayah Edy. Benar beliau merupakan Muslim yang taat, tapi beliau juga dapat menempatkan urusan kepentingan umat agama lain dan masyarakat secara baik,”jelasnya.
Nababan merasakan kasih sayang yang diberikan Edy Rahmayadi pada dirinya dan adiknya sudah seperti kasih sayang orang tua.
“Ayah sering mengingatkan saya untuk ibadah. Bahkan cara mengingatkan beliau sedikit memaksa. Beliau tu sering meledek saya dengan ucapan, Apa perlu ku antar kau ke Gereja,” tukasnya.
(TIM)